Kabar karut-marutnya sepakbola Indonesia tak hanya menjadi konsumsi para pecinta sepakbola Indonesia. Kabar kacaunya kompetisi sepakbola di Indonesia sudah sampai di negeri yang selama ini dianggap sebagai salah satu kiblat sepakbola dunia, Italia.
Kabar ihwal sepakbola Indonesia ini muncul di salah satu artikel media Italia, Corriere dello Sport. Corriere dello Sport sendiri bukanlah media kacangan. Media berbasis di Roma ini memiliki oplah lebih dari 200 ribu eksemplar tiap hari. Sementara, versi daringnya merupakan laman olahraga keempat terbanyak dikunjungi di Italia.
Dalam artikelnya berjudul 'Violenza e corruzione in Indonesia: il calcio nel caos' atau dalam bahasa Indonesia berarti 'Kekerasan dan Korupsi di Indonesia: Sepakbola dalam kekacauan', Corriere menyebut bahwa kekerasan masih membayangi sepakbola Indonesia. Artikel ini ditulis Minggu (07/10) waktu Italia.
Pada tulisan ini, mereka mengambil sudut pandang Pelatih Persib Bandung, Mario Gomez, yang menyebut bahwa Indonesia merupakan tempat yang hebat, tapi situasi di negeri ini tak pernah mudah. Gomez, yang sempat menjadi asisten Hector Cuper di Inter Milan, menyebut sempat merasa ketakutan ketika bertandang ke kandang Arema FC, pada putaran pertama kompetisi lalu.
Waktu itu, pada penghujung laga, ratusan suporter masuk ke lapangan dan membuat situasi kacau. Pemain dan pelatih dilarikan ke ruang ganti. Pelipis Gomez pun robek akibat lemparan benda keras dari arah tribun. Namun, menurut Corriere, dengan kondisi macam ini, PSSI memutuskan tak mengambil tindakan apa pun.
Kekerasan pun berulang beberapa pekan lalu. Salah seorang suporter Persija Jakarta, Haringga Sirila, tewas usai dikeroyok sejumlah suporter Persib Bandung. Pria berusia 23 tahun ini merupakan suporter ketujuh yang harus kehilangan nyawanya di sepakbola Indonesia, sejak 2012.
Selain masalah kekerasan, Corriere pun menyoroti buruknya tata kelola sepakbola Indonesia. Salah satunya, mereka menyebut ada empat klub yang mengikuti kompetisi, kendati lisensi mereka bermasalah. Klub-klub ini adalah: Madura United, Arema Cromo (Arema FC, red), Persija Jakarta, dan Bhayangja FC (Bhayangkara United, red).
Sementara itu, Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali, menyayangkan bahwa sepakbola Indonesia di kenal di Italia karena hal negatif. Ia menyebut bahwa sepakbola merupakan olahraga kelas dunia dan mendapatkan perhatian dunia.
"Banyak media luar negeri memperhatikan bola Indonesia. Harusnya, hal ini dimanfaatkan dengan baik sebagai promosi. Yang diekspor seharusnya pemain-pemain bertalenta, bukan sisi negatifnya," ujar Akmal, pada Bola.net, Senin (08/10).
Akmal berharap adanya artikel ini bisa menjadi pengingat keras bagi PSSI. Mantan jurnalis olahraga ini berharap federasi sepak bola Indonesia tersebut bisa lebih serius dan menjadi teladan dalam perbaikan sepakbola Indonesia.
"Penyelesaian masalah sepakbola tak bisa dilakukan hanya lips service. Butuh ketegasan. Selama PSSI tidak tegas dan hanya berpikir bisnis, sepakbola Indonesia tak akan berubah dan tak akan berprestasi," tambahnya.
Sumber Artikel